Selasa, 03 Juni 2008

IMAGINER, ...




"............imaginer saya dengan bung karno... konon cerita.. Pagi pagi sekali aku terbangun , menuju ruang makan, duduk dan sembari menuang air putih kedalam gelas aku melihat kearah dinding didepanku , hari ini tanggal 6 juni ..aku teringat Kalau ngga salah , hari ini ulang tahun bung....,, lantas aku langsung saja ingin berkabar dengan bung, dengan percaya diri aku bergegas menelpon bung, Selamat pagi bung, apa kabar ? selamat ulang tahun, ngga penting ulang tahun yang keberapa, pokoknya senang sekali bisa bertutur sapa dengan bung ................. Sulit rasanya melupakan nama bung....banyak yang serupa tapi tidak mirip bung *Ahh, kamu paling bisa, patah tumbuh hilang berganti........ - benar bung, untuk apa pura pura .... ... bung pernah bilang katanya kemerdekaan itu jembatan emas, buktinya mana ? padahal mas dan uranium kita sudah diangkut ke negeri paman sam oleh freport dan kita acuh tak acuh, masih banyak lainnya yang sudah dikuasai pihak asing, ... * lho bukannya hidup itu perjuangan ? jangan Cuma bisa mengeluh saja, berjuang..! - benar bung, kalau dulu bung berjuang melawan penjajah berkulit putih kaum imperialis dan kolonialis, kini kami berjuang melawan paham, mereka ada di wall street dan bank dunia, tapi pahamnya bertebaran disini, ada neo liberal, neo kolonial dan neo imperialisme, dan teman teman kita justru menjadi agen mereka, agennya kapitalis * jangan su’udzoon, itu dilarang oleh agama, menurut kitab suci belajarlah sampai kenegeri cina, indonesia bangsa yang besar, jangan mudah menyerah... - maunya sih begitu bung, jangankan ke negeri cina, untuk menjadi mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia saja selain sulit diterima di universitas negeri, daftar ke universitas swasta mahalnya bukan kepalang, ingin jadi pegawai negeri harus ada uang pelicin, bila ingin jadi petani , pupuknya selain mahal, kalau sedang musim tanam sering menghilang dipasaran, ingin jadi nelayan, harga solar semakin tidak terjangkau, oh ya semula saya ingin seperti bung, ganteng, cerdas, berpendidikan, progresif dan militan, tapi bung ... * lho mana bisa ada kata tapi ..., kalau pakai kata tapi , kita pasti tidak jadi merdeka,....., pejuang pejuang dulu hanya bermodalkan semangat, kita bisa merebut irian barat, sekarang tehnologi semakin canggih, memudahkan kalian bekerja membangun negeri.., ayo maju tak gentar, bergotong royong ... - bung enak aja bicara, gotong royong itu kuno, biar makin canggih sekarang ini ngga ada yang gratis, harga sembako semakin tak terjangkau, akibat kenaikan harga BBM , apa benar bung persediaan minyak kita semakin menipis, sehingga kenaikan BBM ini seperti kutukan, kenapa harus kenaikan BBM sebagai solusi, bukannya kita punya minyak yang digali dari bumi milik kita sendiri, kok harganya tergantung harga internasional, kok mau kita diatur bangsa lain, selain itu kita punya batubara, panas bumi, air, angin, samudra, gunung dan sawah ladang dan katanya gemah ripah loh jinawi, mana buktinya bung, kebijakan kenaikan BBM itu memaksa kita semakin melarat, kalau ngga kuat iman, bisa bisa ikut ikutan bunuh diri , hampir setiap hari di televisi ada tayangan demikian, maaf ya bung saya kira antri beras itu hanya ada dijaman orde lama, eh ternyata sekarang ini setelah 100 tahun hari kebangkitan nasional dan 63 tahun hari kemerdekaan kita, persoalan antri dinegara kita itu pemandangan yang semakin terbiasa, ada yang antri beras raskin, antri minyak tanah, antri gas, antri minyak goreng, dan yang terbaru adalah antri BLT, Itu bung, bantuan langsung tunai sebesar 100 ribu, pemerintah kita baik ya bung, bagi bagi uang 100 rb persis sinterklas, jaman bung dulu mana ada bagi bagi rejeki seperti itu..ha ha ha.. * wah kamu salah lagi, persoalan mensejahterakan rakyat, itu sudah dirumuskan kami di dalam UUD 45, pemerintah berkewajiban memberi bantuan sosial bagi orang miskin, memberi pekerjaan, mencerdaskan bangsa dan melindungi seluruh rakyat, ada atau tidak ada kenaikan BBM, tidak ada pengaruhnya, itu merupakan kewajiban Pemerintah makanya diterjemahkan dalam Anggaran Belanja kita dengan benar, Pemerintah bukan sinterklas, mereka mengelola uang rakyat, dan harus dipertanggung jawabkan... - setuju bung, konstitusi kita sudah mengatur secara tegas hak dan kewajiban pemerintah dan juga hak dan kewajiban rakyat, saya sangat bingung dengan hak rakyat itu apa, apakah berguna atau tidak bagi negara, dulu ketika hak itu diwakilkan kepada MPR, rakyat menuntut hak itu dilakukan sendiri secara langsung memilih pemimpinnya, dan kini setelah memilih sendiri pemimpinnya kok begini ya, semula saya berpikir memilih pemimpin yang bergelar doktor pertanian itu pasti hebat seperti bung, eh ngga tahunya cape deh ...... dan menurut teman teman lebih baik pemilu nanti golput saja, setuju aja deh, daripada salah lagi pilih pemimpin.. * nah kamu ini ngawur lagi, katanya demokrasi, katanya reformis, demokrasi itu dari rakyat untuk rakyat memang menggunakan hak itu ngga bisa dipaksa, tapi sebagai warga negara yang baik harus bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa, kamu lahir, dan bernafas di negara yang bernama Indonesia, coba bayangkan kalau hak itu kembali diambil oleh MPR , boleh apa nggak ? - ya terserah aja bung, pemimpin kita sekarang kebanyakan tutur katanya tak seturut dengan perbuatan, seringkali berdusta dan ingkar janji, pokoknya aku mau bung pulang memimpin bangsa ini lagi, biar ada harga diri dan disegani bangsa bangsa lain, olah raga kita melempem, perdagangan kita ngga becus, bayangkan saja semuanya import, dari garam, bawang merah, gula, kedelai, telur, sayur mayur, buah buahan, dan masih banyak lagi, saya sangat khawatir jangan jangan kita juga import harga diri bung...! menyedihkan sekali, saya sudah tidak tahu harus memulai dari mana, boro boro ganyang malaysia, bangsa kita saja mau jadi tentara malaysia demi sesuap nasi, lucunya lagi pemerintah sangat bangga pada tenaga kerja atau para pembantu rumah tangga yang dikirim ke negara tetangga katanya sebagai sumber devisa negara, saya kira pemikiran itu sangat kacau bung, untuk bisa mengatakan bangga saja parameternya ngawur, .. , coba aja bung lihat, saat rakyat kelaparan, para pemimpin itu malah beriklan ria di televisi ( pastinya menelan biaya mahal) meski yang diungkapkan ngga bermutu, bayangkan saja seorang mentri perdagangan bertutur tentang keinginannya bisa menurunkan harga, tapi apa daya... .(dengan bahasa tubuh),saya kira sebagai pembuat kebijakan yang memiliki otoritas penggerak ekonomi, kok rasanya ngga bijak gitu ya, artinya dengan tayangan itu rakyat semakin hilang harapan, kok bisa ? harusnya konsekwen dong kalau ngga sanggup ya mundur aja, udah ya bung pulsa saya sudah mau habis nih, tapi bung janji ya , Pidato lagi di PBB ya, lawan imperialis, lawan kolonialis, lawan komprador bangsa ... ! kembalikan harga diri bangsa ini, oh ya jangan lupa bung harus kembali, menjadi nakhoda kapal yang hampir kandas ini, kata bung revolusi belum selesai, semangat, semangat...! Dan tiba tiba saya terbangun, agaknya angin semilir yang masuk di jendela tadi membawaku terlelap sejenak dimeja makan itu, mataku menatap foto Bung Karno yang gagah itu, untung mimpiku bertemu dengan bung, ... asyik, merdeka, merdeka, merdeka !!!

Tidak ada komentar: